Berhubung
hari ini adalah hari Kartini, bawaannya pengen share tentang peringatan Kartini
yang dirayakan tiap tahunnya. Kartini dijadikan pahlawan emansipasi wanita
sehingga setiap tahunnya dirayakan oleh kaum wanita sebagai ucap syukur atas
sederajatnya kaum wanita dengan laki – laki. Tetapi kenapa setiap tahunnya pula
para sejarawan banyak yang mengkritisi hal ini? Penasaran dengan hal ini, Saya
coba mengulik beberapa refensi mengenai hal ini & mencari tahu apa titik
permasalahan dengan hari KARTINI ini.
Hasil
kulikan tersebut ternyata para sejarawan atau para kritikus tidak keberatan
dengan yang namanya KESETARAAN GENDER. Lantas apa yang mereka permasalahkan
lagi? Toh mereka tidak menolak hal tsb di atas? Ternyata keberatan atau
kritikan itu terletak pada sosok KARTINI nya. Lho,,,kok bisa,,,??? Apa yang
salah dengan KARTINI???
Saya coba
mengulik lagi yang lebih banyak & mendalam persoalan ini. Ternyata
keberatan itu berawal dari KENAPA HANYA / HARUS KARTINI SAJA YANG DIANGGAP
PAHLAWAN? Kalau dibaca2 sejarah Indonesia, kan banyak juga pahlawan Wanita
Kita, sebut saja : Cut Nyak Dien, Rohana Kudus, Siti Manggopoh (yang bahkan
belum ada pengakuan terhadap sosok Bundo ini sebagai Pahlawan Nasional), Dewi
Sartika, dll.
KARTINI
mulai dikenal luas setelah J.H Abendanon mengumpulkan surat – surat KARTINI
kepada sahabat penanya & akhirnya surat – surat tersebut dibukukan dengan
judul DOOR DUISTERNIS TOT LICHT ( DARI KEGELAPAN MENUJU CAHAYA ). Kenapa sampai
dibukukannya surat – surat tersebut ? Hal ini adalah karena kekaguman orang –
orang Belanda masa itu kepada sosok KARTINI yang pemikirannya saat itu boleh
dikatakan melampaui batas di zaman tersebut.
Sekarang coba Kita bandingkan sosok
KARTINI dengan sebagian pejuang – pejuang wanita lain :
1. Cut Nyak Dien (1848 – 1908)
Beliau ini dicatat sejarah sampai
akhir hayatnya tetap melawan Belanda
2. Dewi Sartika (1884 – 1947)
Beliau mendirikan sekolah di Bandung
dan Luar Bandung pada tahun 1910
3. Rohana Kudus (1884 – 1972)
Beliau juga mendirikan beberapa
sekolah di kampong halamannya, Padang. Bahkan ybs merupakan wartawati pertama
di Indonesia. Beliau juga penentang keras Poligami
4. RAA Lasminingrat (1843 – 1948)
Seorang pengarang hebat &
berkonsentrasi pada pendidikan wanita Sunda.
Pertanyaan selanjutnya kenapa nama – nama ini tidak sehebat
KARTINI ? Apakah sengaja di tenggelamnkan karena KARTINI adalah pejuang wanita
yang tidak tegas melawan Belanda sehingga semua perjuangan wanita – wanita Indonesia
lainnya yang notabene lebih aktiv menentang Belanda tidak lebih “HITS”.
Dampaknya tentu figure KARTINI lah yang mencuat & bisa menjadi contoh bagi
wanita – wanita Indonesia lainnya.
Beberapa
kalangan ada yg menilai buku KARTINI tsb sudah direkayasa. Karena sampai
sekarang tidak ada yang tahu dimana naskah surat yang asli berada. Rasanya
tidak mungkin seorang gadis usia belasan dapat menulis kalimat sebagus itu. Ada
kemungkinan JH. Abendanon memasukkan aroma politik ke dalam buku tersebut. KARTINI
juga tidak konsisten dalam pemikirannya yg mengkritik serta menggugat tradisi
Jawa & Islam yang menurutnya “MENGEKAKANG PEREMPUAN” seperti dilarang
sekolah tinggi, dipingit, dipoligami, dll. Dan kenyataannya KARTINI menerima
dinikahkan dengan Bupati Rembang yang sudah memiliki 3 orang istri. Perubahan
sikap ini menggambarkan sosok KARTINI ternyata seorang wanita yang lembek. KARTINI
tidak Kita dengar sebagai penentang Belanda & bahkan cenderung toleran
terhadap Belanda. KARTINI pun hanya membahas mengenai wanita Jawa bukan wanita
dari suku lain yang ada di Indonesia.
Kita tidak memojokkan sosok KARTINI sebagai salah seorang pahlawan
wanita Indonesia. Tetapi Kita harus mengkritisi sejarah yang ada sekarang. Benarlah
apa yang dikatakan guru Saya yang bernama DICKY ZAINAL ARIFIN, bahwa “ SEJARAH
DIBUAT OLEH PEMENANG PERANG “. Sejarah bisa dimanipulasi sesuai dengan kemauan
SANG PEMENANG PERANG. Kalau memang demikian halnya, pertanyaan berikutnya “APAKAH
KITA MEMANG SUDAH MERDEKA???” Selamat BERFIKIR, MENGANALISA & MENCERNA!!!
GOOD LUCK !!!
Sumber
: Dari beberapa sumber referensi…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar